Rapuhnya Jiwa

 

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42: 6 & 12)

 

Kita semua menyadari betapa rapuhnya jiwa kita, seumpama benda yang mudah retak bahkan bisa pecah berkeping-keping. Pergumulan hidup dan tekanan-tekanan berat mampu membuat jiwa kita jadi rapuh bahkan terluka.


Tekanan dalam jiwa dan rasa gelisah yang kuat, acapkali membuat kita ingin mencurahkannya pada seseorang yang bisa memahami dan memberi kelegaan. Tidak sedikit yang melakukan konseling  ke Psikolog untuk mencari solusi atau sekedar berbagi. Namun belum tentu mendapat yang diharapkan. “Bicarakan isi hatimu, dapatkan pencerahan atas masalahmu” itu ajakan sebuah biro konsultasi untuk menarik calon kliennya.

 

Kerapuhan jiwa juga dialami Pemazmur (Mazmur 42:6 &12).

Menariknya, Pemazmur  melakukan self counseling (konseling diri sendiri) ketika jiwanya sedang dalam tekanan berat. Dia meyakini bahwa hanya Allah lah yang dapat menolongnya, memulihkan luka batin dan kerapuhan jiwanya.

 

Kepada siapa Saudara datang membawa kerapuhan jiwa dan luka batinmu?

Inilah undangan dari Yesus Kristus bagi Saudara dan saya:

“Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28)

  

Yang paling mengenal dan memahami kerapuhanku,

adalah Dia yang menciptakanku.

 


BetsyDSupiyo