Esprit De Corps
Terseretnya sejumlah anggota kepolisian
dalam masalah pembunuhan yang diduga dilakukan oleh seorang jenderal polisi
mengingatkan saya pada frase "esprit de corps" - semangat kekompakan
dan kebanggaan sebagai suatu kelompok untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
Esprit de corps dibangun dalam dunia keprajuritan karena sangat dibutuhkan
ketika menghadapi peperangan, meski semangat ini seringkali diterapkan dalam
situasi yang salah, seperti pada tindakan main hakim sendiri yang beberapa kali
terjadi.
Dalam suratnya, Paulus meminta kepada
jemaat Efesus untuk berjaga dan berdoa di dalam Roh untuk segala orang Kudus
setelah ia menulis tentang perlengkapan senjata Allah. Apa artinya? Orang-orang
yang telah dikuduskan Allah lewat karya Tuhan Yesus dan Roh Kudus harus
memiliki esprit de corps! Boleh jadi kita memiliki pertempuran rohani pribadi,
namun setiap pertempuran itu sesungguhnya terjadi dalam sebuah medan perang
raksasa di mana semua orang Kudus mengambil bagian demi satu tujuan: menegakkan
kerajaan Allah - suatu realita di mana Allah berkuasa. Sebagai "prajurit-prajurit Kristus," kita diberi tanggung jawab bukan hanya terhadap keselamatan kita
sendiri melainkan juga keselamatan sesama prajurit. Itulah esprit de corps.
Gereja harus menjalankan tugas
persekutuannya dengan sungguh-sungguh. Pun, kita harus mengikatkan diri ke
dalam persekutuan yang mendisiplinkan kita dalam mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah (ay. 11) dan menumbuhkan solidaritas, kerelaan
berkorban, dan loyalitas pada tujuan yang benar, sehingga kita menjadi
laskar Kristus yang terlatih dan solid, sekalipun kita bukan pasukan
yang berkuda, berjalan, atau menembak. (HK).
Doa :
Tuhan, tumbuhkanlah esprit de corps dalam diri kami sebagai laskar-Mu,
demi kerajaan-Mu di dunia ini. Amin.