Untuk format audio klik disini


Hidupku kitab terbuka

Roma 2 : 17 – 29

 

Suatu ketika keponakan kami menelepon dan bercerita betapa dia mengalami kecanduan pada alkohol, rokok dan obat tidur. Dia secara sadar meminta kami menolong dia. Kami kemudian mengatur waktu untuk bertemu dengan kedua orangtuanya (karena masing-masing tinggal di kota yang berbeda, dan berbeda kepercayaan dengan papanya keponakan kami). Sebelum bertemu, kami berinisiatif mencari rumah rehabilitasi bagi keponakan kami itu. Secara sengaja kami mencari rumah rehabilitasi Kristen yang menurut pertimbangan kami akan menyembuhkan tidak hanya fisik tetapi juga mental dari keponakan kami itu. Namun ketika kami bertemu dengan ipar kami dan mendiskusikan persoalan anaknya dan juga memberi informasi tentang rumah rehabilitasi, responnya adalah penolakan. Ipar kami tidak percaya terhadap pertolongan yang sifatnya pertolongan spiritual. Dia lebih memilih anaknya disiplin minum obat dari dokter dan disiplin dalam pola makan dan olahraga. Setelah berbicara panjang, kami kemudian tahu bahwa ternyata dia mempunyai pengalaman buruk dengan seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan ini adalah kenalannya yang meminjam uang dari mereka tetapi sudah 5 tahun belum juga mengembalikannya, dan tidak pernah datang dengan solusi penyelesaian utang. Satu kejadian, hanya satu kejadian itu, tapi telah membuat dia tidak percaya pada orang Kristen.

Saudara, hidup kita seperti buku yang terbuka dan dapat dibaca sesama kita. Perkataan dan perbuatan kita, bagaimana kita menjalani hidup, seharusnya mencerminkan hadirnya Tuhan yang kita kenal. Jangan biarkan nama Allah yang kita sembah, dihujat orang karena perilaku kita. Mari hidup dalam sunat rohani sehingga kita menjadi penuntun, pendidik dan pengajar yang benar di hadapan Tuhan. (MP)


DOA :
Tuhan Yesus ajarlah kami menjadi penuntun, pendidik dan pengajar yang benar di hadapan Tuhan, Amin.