Iman Adalah Perbuatan


Matius 21:28-32



Perikop ini berkaitan dengan percaya. Menurut Penginjil Matius, melalui perumpamaan dua anak ini Yesus mengajarkan bahwa percaya adalah hal berbuat. Percaya adalah perbuatan, bukan ucapan, bukan seruan. Salah satu dari dua anak dalam perumpamaan itu melakukan yang diminta bapanya, walaupun ia berkata lain. Inti perumpamaan ini adalah bagian penutupnya. “Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya,” kata Yesus menutup perumpamaan ini.

 

Dalam pembaptisan, percaya atau beriman memang harus diucapkan dengan jelas. Dalam ibadah ada pengakuan iman. Itu pun diucapkan dengan jelas. Kedua contoh tersebut terjadi dalam perayaan ibadah. Ini sangat berbeda di kehidupan sesehari. Iman tidak lagi dinyatakan atau diucapkan dengan mulut dan lidah. Iman diungkapkan dengan perbuatan dan melakukan.

 

Hal berbuat dan melakukan merupakan salah satu sisi penting dalam Injil Matius. Dalam ajaran Kristen, kita mengenal bahwa “iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati“ (Yak. 2:17). Namun, bagi Penginjil Matius, iman adalah perbuatan. Iman terwujud dan terlihat melalui melakukan kehendak Bapa-Ku. Iman bukan seruan nyaring: “Tuhan, Tuhan,“ atau meluncurnya ayat-ayat suci dalam hampir seluruh sisi keseharian. Itu laksana anak yang berkata, “Baik bapa, tetapi ia tidak pergi.” Allah dimuliakan melalui perbuatan kita. (Wasiat) 

 

 

DOA:

Pimpinlah kami untuk mempersaksikan perbuatan dengan dasar percaya kepada-Mu. Amin.