UMAT ALLAH JANGAN PONGAH

Habakuk 1:5-17


Refleksi keprihatinan Nabi Habakuk terhadap tindakan Allah atas umat-Nya adalah Allah membiarkan orang fasik menelan orang yang lebih benar. “Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat dan Engkau berdiam diri,” seru Habakuk. Dalam hal personal, hal tersebut tidak sedikit kita lihat. Namun, bagaimana dengan institusional atau bukan personal?

Habakuk memandang keprihatinannya bukanlah personal, melainkan kebangsaan. Umat-Nya, baik Israel maupun bangsa-bangsa lain, didiamkan Allah untuk dihancurkan oleh bangsa lain. Allah membangkitkan “orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu.” Allah mengetahui bahwa kekuatan besar Kasdim akan meluluhlantakkan umat Allah.

Julukan sebagai umat Allah, anak Tuhan, anak terang, bukan berarti kita aman dari murka Allah. Iman kita bahkan tidak imun terhadap malapetaka dan bencana. Julukan negara terbesar rakyat beragama, terbanyak rumah ibadah, paling tinggi toleransi antarumat beragama tidak menjauhkan negara kita dari sengsara dan bencana. Iman adalah urusan kepercayaan individu dan agama kepada Tuhan, tetapi tidak menentukan jalan hidup, apalagi akibat kekuatan dari luar diri kita. Maka pesan firman hari ini adalah: jangan takabur, tidak pongah, tidak lupa diri karena julukan atau “gelar” tersebut. Sebaliknya, sikap baik harus kita tunjukkan kepada setiap aspek kehidupan tanpa diskriminasi dan pelecehan. (Wasiat)

 

DOA:
Tuhan, berilah hikmat pimpinan negara untuk memuliakan-Mu melalui penegakan hukum. Amin.