Mengenal Allah Melalui Semesta

Ayub 38:23-38


Tidak ada kata yang bisa menggambarkan pilu yang diderita oleh Ayub dan istrinya. Kehilangan semua buah hati di hari yang sama adalah lebih dari cukup untuk menghancurkan hati orangtua manapun. Alkitab hanya menceritakan bagaimana mereka meninggal: tertimpa robohan rumah akibat angin ribut yang datang tiba-tiba. Saya tidak bisa bayangkan ekspresi mereka saat menarik satu-persatu anak mereka, 10 orang seluruhnya, dan menguburkannya. Kita semua tahu, saat itu Ayub dan istrinya, mendapat sedikit penghiburan. Sekelumit cerita pertengkaran mereka menceritakan bahwa masing-masing harus berjuang mengatasi duka. 

Tiga teman Ayub pun tidak membuat keadaan lebih baik. Mereka menuduh Ayub memiliki dosa tersembunyi sebagai pangkal semua malapetaka. Dalam semua keperihan itu, pertahanan Ayub roboh. “Aku tidak akan menahan mulutku… Apabila aku berpikir: tempat tidurku akan memberi aku penghiburan… maka Engkau mengagetkan aku (7:11-14),” demikian Ayub menggugat Tuhan. Bahan bacaan kita hari ini merupakan bagian dari rangkaian jawaban Tuhan terhadap Ayub. Membacanya sekilas, seakan-akan Tuhan tidak berempati. Tentu ini tidak benar. “Berharga dimata Tuhan, kematian semua orang yang dikasihi-Nya (Maz 116:15)”, “Roh sendiri berdoa untuk kita … dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rom 8:26-27)”, adalah beberapa karakter ALLAH kita. Jawaban Allah menekankan kuasa ilahi dan kebijaksanaan-Nya, mengingatkan Ayub akan keterbatasan manusia dan kompleksnya dunia ini. 

Merenungkan firman Allah yang dia dengar membawanya pada pengenalan yang lebih dalam akan Allah. ”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” Ayub (42:2,5) Ayub menyadari dalam keadaan terpuruk, hanya Allah yang bisa dan layak dijadikan sandaran. (AGS)



Doa

Tuhan, banyak hal yang tidak kami mengerti terjadi di hidup kami, baik suka maupun duka. Dalam semua itu bantu kami untuk teguh percaya, tangan Allah yang kuat menaungi kami. Amin