KENAJISAN BAGI ALLAH
Masih tentang dosa kolektif atau komunal,
Nabi Habakuk memberitakan tentang celakanya mendirikan kota dari hasil
kejahatan. “Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan
dasar benteng di atas ketidakadilan,” firman TUHAN. Habakuk melihat kondisi
zamannya bahwa ada pihak yang mendapat keuntungan, baik dengan menjarah dan
korupsi maupun dari kemalangan orang lain. Baginya, hasil yang mereka peroleh
adalah kotor, najis, dan tidak menjadi berkat. “Engkau kenyangkan dirimu dengan
kehinaan ganti kehormatan,” seru Habakuk.
Menjadi umat beriman adalah menjadi
terhormat, berbudaya, dan bermartabat. Menjarah, mencuri, dan korupsi adalah
perbuatan tercela. Hasilnya tidak menjadi bekat.
Beberapa perusahaan raksasa, perusahaan
besar, dan negara besar, berdiri karena hasil jarahan. Ada negara besar yang
merampas, menguasai, atau menjajah negara lain. Ada pula perusahaan besar yang
berlaku tidak adil kepada karyawan, membohongi masyarakat dengan produknya,
menekan orang lemah dengan kesempatannya, atau memanipulasi keuangan untuk
menghindari pajak. “Mereka bersalutkan emas dan perak, tetapi tidak ada roh.” Dari
bait-Nya, firman Tuhan memberi kesempatan untuk kita berdiam di hadapan-Nya.
Berdiam di hadapan Tuhan adalah tanda
takut dan gentar kepada-Nya. Jika di dunia ini tidak ada yang kita takuti, maka
takut akan Allah adalah kesempatan memperbaiki diri. (wasiat)
DOA:
Dalam kerendahan diri, kami menyesal dan berbalik kepada-Mu, ya Allah. Amin.