Tulisan dari Pdt Luther Tan dari GKI

KEBEBASAN AGAMA MENURUT PERSPEKTIF ALKITAB

Kebebasan Beragama Menurut Perspektif Alkitab oleh Pdt Luther Tan

Dua Persektif
Sebenarnya adakah kebebasan manusia di hadapan Tuhan? Ada orang mengatakan, mana mungkin ada kebebasan bagi manusia di hadapan Allah yang mahakuasa. Menurut Pengakuan Iman kita, ‘Aku percaya kepada Allah yang mahakuasa, khalik langit dan bumi’, berarti kita percaya kepada Allah yang mencipta dan mengatur segalanya, bahkan kita harus meyakini bahwa Allah yang menentukan segalanya bias terjadi menurut kehendak-Nya.

Manusia tidak ada pilihan, karena apa yang terjadi sudah ditakdirkan Allah. Tetapi ada perspektif lain, bahwa kita harus mengakui Allah yang mahakuasa adalah Allah mahakasih. Allah bukan seorang diktator. Allah tidak mau manusia menjadi robot, yang tidak ada pilihan sendiri, karena telah diprogramkan untuk mengikuti segala instruksi sang Pencipta-Nya. Manusia tidak diciptakan sebagai robot, melainkan diciptakan sebagai manusia yang mempunyai kehendak bebas. Setiap orang diberi Allah kebebasan untuk mau mengikuti perintah Allah atau sebaliknya tidak mau menuruti perintah Allah.

Terbentang dua pendapat yang sama sekali bertolak belakang. Pendapat pertama yang merupakan pemahaman klasik, mengatakan manusia tidak ada kebebesan di hadapan Allah. Pendapat kedua merupakan pemahaman modern, menganggap manusia diberi kebebasan di hadapan Allah untuk memilih. Manakah yang benar dan tepat? Apakah pendapat konservatif ataukah pendapat kontemporal, Mana yang lebih benar dan tepat? Marilah kita dengan rendah hati menggali kebenaran Alkitab mengenai kebebasan, sehingga tidak dengan sesuka hati kita memilih.

Tinjauan PL

Marilah kita menyimak perintah Allah yang pertama bagi manusia, yang tercatat dalam Kejadian 2:16 ‘Lalu TUHAN Allah member perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon … janganlah kau makan buahnya …” Perintah Allah yang paling penting dan harus difokuskan adalah ‘kebebasan’, tetapi si Iblis selalu menggoda manusia untuk melalaikan kebebasan dan berfokus pada ‘larangan’. Sehingga manusia jatuh dalam dosa dan kehilangan kebebasan. Bila agama adalah sarana dan caranya untuk pulihnya hubungan manusia dengan Allah, atau kata lain, agama adalah keterikatan yang membebaskan, karena sebaliknya,dosa adalah ‘kebebasan’ yang terikat atau terbelenggu.

Ada catatan dalam PL yang sangat menarik mengenai kebebasan beragama, yaitu kitab Rut. Bagi orang Israel, kebangsaan dan keagamaan tidak bias dipisahkan. Rut adalah salah satu menantu dari Naomi, setelah dua anak dari Naomi meninggal, maka Naomi memberi kebebasan bagi menantu perempuannya untuk meninggalkannya. Menantu pertama memilih untuk kembali ke bangsa dan agtamanya, tetapi menantu yang kedua, yaitu Rut, memilih tetap mengikut Naomi. Kala itu, Naomi berkata kepada Rut: “Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.” (Rut 1:15) Ketegasan Rut untuk tetap mengikut Naomi, merupakan komitmen dirinya untuk tetap terikat, atau menolak kebebasan yang semu, supaya menimati kebebasan sejati. Rut telah memilih agama yang benar baginya, sehingga dirinya tidak bersedia meninggalkan keterikatan yang telah menjadi pilihannya yang tidak berubah. Rut menolak kebebasan yang bablas, tetapi memilih keterikatan yang sangat berarti. Singkat kata, Rut telah melapaskan kebebasan yang semu untuk memilih agama yang sejati. Tidak heran dirinya seorang kafir bisa muncul dalam nama-nama silsilah Kristus (Mat.1:5)

Tinjauan PB

Surat rasul Paulus yang ditulis kepada orang Kristen di Roma, telah membahas kebebasan beragama yang cukup menarik. Rasul Paulus mengakui manusia ada kebebasan memilih, tetapi ‘kebebasan’ yang tidak mengkuti kebenaran Allah harus dipahami sbb :

  1. Kebebasan yang bablas berarti telah ‘dibiarkan’ Allah. Dalam pasal satu telah berulang kali mengatakan “Allah menyerahkan mereka”, umpamanya “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hari mereka” (1:24) “Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu mereka.” (1:26) “ Karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas.” (1:28) 
  2. Manusia boleh saja bebas memilih, tetapi tidak bebas dari kesalahan. (2:1), Bebas memilih memang sangat penting, tetapi lebih penting adalah bisa bebas dari kesalahan. Maka bebas memlih tidak bisa terlepas dari pilihan itu bebas atau salah. Akibat dari salah pilih bisa sangat fatal. Karena manusia bebas memilih, tetapi tidak bebas dari akibat pilihannya. 


Implikasi 

Allah tidak pernah memaksa orang untuk memilih agama tertentu, bukan berarti Allah tidak menghendaki orang memilih agama yang benar dan baik. Allah Bapa yang maha baik sudah pasti selalu menyiapkan segala yang terbaik untuk anak-anak-Nya. Sebagai orang Kristen, jangan kita menurunkan derajat kita menjadi orang yang beragama saja. Sebagai orang beragama, kita harus mengakui semua agama adalah sama baik, janganlah kita menjelekkan agama lain. Sebagai orang beriman di dalam Kristus, marilah kita memahami kepercayaan kita, yang harus bernilai melebihi kepercayaan beragama. Sehingga kita tidak terjurumus ke dalam masalah keagamaan, yang mudah terjebak dalam sikap fanatik agama.

Allah sendiri tidak pernah memaksa orang untuk memllih kepercayaan tertentu, maka orang yang mengikut Allah juga harus ada sikap yang sama dengan Allah. Pertama, jangan kita memaksa orang mengikuti agama kita. Kedua, kita harus rasa prihatin atas kesalahan pilihan orang, sehingga dengan kasih sayang menyatakan keprihatinan kita. Ketiga, kepercayaan yang sejati adalah penyangkalan diri untuk mengikut Tuhan dengan setia. Kebebasan yang sejati adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Apakah ada kebebasan beragama menurut persepektif Alkitab? Tergantung dari sudut mana ditinjau. Untuk orang lain, jangan kita mengurangi hak dan kebebasan orang beragama. Untuk diri sendiri dan untuk setiap orang yang mau memilih yang terbaik, dan yang berakibat baik, pilihan kebebasan beragama berarti melepaskan kebebasan kita untuk bebas dari dosa dan bebas dari kesalahan.