Matius 2:11 (TB)  Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.

Dalam Pendidikan Theologia untuk Jemaat yg diadakan di GKI Kranggan hampir semua pembicara mengajak kita membaca Alkitab pelan pelan dan dibayangkan benar kondisinya. Diresapi suasananya dan mengapa hal ini terjadi dan dicatat penulis Alkitab.

Dalam masa Natal ini saya coba bayangkan mengapa Orang Majus membawa kemenyan sebagai salah satu persembahan yg berharga dan senilai Emas dan Mur ? Apa berharganya kemenyan jika kita masuk dalam pemikiran masa kini.

Untuk lebih mendalami saya coba liat peran kemenyan dalam ibadah Katolik dan Ortodok sebagai aliran Kristen yg pertama kali ada dan hidup di dunia.  Ternyata kemenyan masih ada dalam ibadah mereka dan menjadi bagian penting sakramen sakramen mereka. Saya juga coba lihat di agama agama timur lainnya seperti Budha,  Hindu, Konghucu dan juga agama agama lokal seperti kejawen dll yg ternyata Kemenyan mengambil peran cukup sentral juga.

Saya coba bayangkan kenapa Kemenyan hilang dalam ibadah Kristen Protestan di hampir semua alirannya.  Saya coba telusuri asal usul gerakan reformasi yang memang dari awal meletakkan nalar sebagai pengganti rasa.  Gerakan Reformasi Gereja ini sdh berhasil memberi pencerahan ke dunia yang saat itu sangat gila agama dan rasa menutup nalar. Kemunafikan merajalela serta orang bisa tega menghakimi sesama dgn alasan agama. Nalar bener bener tdk ada tempat di gereja saat kegelapan itu dan rasa dianggap sebagai esensi iman.

Perang rasa dan nalar ini seolah masih terjadi hingga saat ini.  Gereja gereja protestan menjadi sangat Nalar. Penyembahan kepada Tuhan seolah cukup hanya dgn doa dan lagu pujian.  Suasana perjumpaan dgn Allah yg harusnya bisa dibangun juga dgn melibatkan indra lainnya seperti penciuman dan pendengaran selain otak dan mulut. Suasana hati dalam perjumpaan dgn Allah Harusnya akan lebih indah kalau semua panca indra bisa terlibat dan dilibatkan.

Kembali ke laptop pemberian kemenyan oleh orang Majus kepada bayi Yesus adalah bukti saat itu perjumpaan dgn Allah melibatkan semua indra dan bukan hanya Nalar saja.  Kenikmatan perjumpaan dgn Allah inilah esensi yg harus kita renungkan sama sama dalam masa Natal dan Tahun Baru ini. Apakah kita PERNAH MENGALAMI INDAHNYA PERJUMPAAN DGN ALLAH  ???....APAKAH KITA PUNYA KERINDUAN BERJUMPA DGN ALLAH  dan menjaga waktu doa atau komunikasi dua arah kita sama Allah?

Saat ini mungkin kemenyan sdh tdk ada dalam ibadah kita.  Tetapi INDAHNYA PERJUMPAAN KITA DGN ALLAH di waktu waktu doa atau saat teduh kita harusnya tetap ada.  Kalau memang indra penciuman kita akan membantu terjadinya perjumpaan yg indah itu maka lakukan dan tdk usah ragu.  Jaman sekarang minyak minyak aroma teraphy dan musik musik rohani bisa dgn mudah kita siapkan di ruang doa pribadi kita. RASAKAN KEINDAHAN DAN KEINTIMAN perjumpaan ini.  Jangan lewatkan usia kita untuk mengalami perjumpaan pribadi dgn Allah kita yg adalah Fakta dan Nyata bukan Fiksi  atau dongeng nenek moyang semata.

Selamat Natal dan Tahun Baru
Selamat menikmati indahnya perjumpaan dan perjalanan bersama Tuhan di dunia yg selalu tdk mudah ini. GBU All

Kel 30:34-37
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Ambillah wangi-wangian, yakni getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen, masing-masing sama banyaknya. Semuanya ini haruslah kaubuat menjadi ukupan, suatu campuran rempah-rempah, seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah, digarami, murni, kudus. Sebagian dari ukupan itu haruslah kau giling sampai halus, dan sedikit dari padanya kauletakkanlah di hadapan tabut hukum di dalam Kemah Pertemuan, di mana Aku akan bertemu dengan engkau; haruslah itu maha kudus bagimu. Dan tentang ukupan yang harus kaubuat menurut campuran yang seperti itu juga janganlah kamu buat bagi kamu sendiri; itulah bagian untuk TUHAN, yang kudus bagimu.
 
Link tentang Gereja katolik dan Ortodok