Setiap orang punya keinginan menjadi…… atau bisa kita sebut cita-cita atau kepentingan atau tujuan.  Semua cita-cita bagus dan itu jadi sumber energy untuk seseorang bekerja, berbuat sesuatau dan bahkan untuk sekedar bangun di pagi hari. Tanpa keinginan menjadi sesuatu atau cita-cita maka seseorang akan kehilangan banyak energinya dan mungkin juga kehilangan arah hidupnya.

 

Permasalahan banyak timbul ketika cita-cita seseorang harus berbenturan dengan cita-cita/kepentingan orang lain. Banyak orang yang ambil sikap hantam kromo dan tidak peduli jika dia harus injak dan sengsarakan orang selama cita-cita/kepentingan/tujuannya tercapai. Tidak heran maka banyak orang menderita di dunia sementara di sisi lain tidak sedikit orang yang hidup dengan kelimpahan. Jika saja semangat berbagi dan empati itu ada pasti tidak ada orang miskin yang sampai tidak bisa makan di dunia ini.

 

Cara seseorang untuk mencapai cita-cita/tujuan/kepentingan hidupnya ini yang kita kenal dengan pandangan hidup atau filosofi or ideologi hidup seseorang. Jika kita mau bagi semua ideology yang ada di dunia dan dianut manusia, maka kita bisa bagi dalam dua sisi ekstrem yaitu kapitalis (orang yang sangat mengangung agungkan kemampuan diri pribadi dan menganggap persaiangan hidup selama fair sebagai bagian daripada hidup) dan di sisi lain ada orang sosialis yang menganggap dunia ini harus dinikmati bersama. Si Pintar dan Si bodoh, si kaya dan si miskin harus hidup berdampingan sama rasa, sama nyaman dan berbagi hidup.

 

Sebelum kita bahas lebih lanjut saya mau sedikit sisipkan ideology yang banyak diajarkan/dikenalkan di Negara kita ini yaitu ideology Pancasila dan bahaya ideology kanan (agama) serta kiri (komunis/sosialis). Pengertian ini tidak sepenuhnya benar karena seseungguhnya jika pengertian ideologinya seperti itu maka sesungguhnya ideology kanan dan kiri itu sama-sama Sosialisme. Pemimpin dan pemeluk agama  yang taat, apapun agamanya pasti tidak bisa tinggal diam ketika ada sesamanya yang kelaparan, bukankah ini inti dari ideology sosialisme. Di sisi lain pengecapan orang Sosialis/komunis tidak beragama juga salah besar karena tidak ada penelitian yang bisa membuktikan kalau orang sosialis itu pasti komunis dan orang komunis pasti tidak punya agama. Problem utamanya ketika ideology itu menjadi Partai Politik maka akan ada benturan kepentingan dan dimana saja Partai Politik adalah kendaraan untuk mencapai kekuasaan. Tidak ada yang salah dengan Partai Politik selama mereka jalan di rel (UU dan hukum yang berlaku) dan mereka bermain secara fair untuk mendapatkan kekuasaan itu.

 

Kembali ke topik di atas, maka saat ini di belahan dunia mana saja tidak ada lagi ideology sosialisme dan kapitalisme mutlak. Eropa hampir semua partai sosialis memenangkan Pemilu dan di USA saat ini Parpol beraliran Sosialis yang berkuasa. Hanya sosialisme nya parpol di Eropa dan USA ini sudah merupakan sosialisme kapitalis, sosialis yang menghargai persaiangan dan menganggap layak kepemilikan pribadi atau pendapatan pribadi yang lebih besar dari orang yang bekerja lebih keras tanpa harus mengabaikan hak orang banyak untuk mendapat layanan kesehatan,pendidikan, perumahan, transportasi dll yang terjangkau atau bahkan gratis. China yang selama ini dikenal sebagai Negara Sosialis ekstreme atau komunis saat ini juga sudah menghargai persaingan/pasar bebas yang merupakan inti dari kapitalisme. Hal ini sebenarnya sama dengan ideology Pancasila atau jalan tengah kapitalisme dan sosialisme yang digagas founding father bangsa ini.

 

Pada dasarnya semua ideology besar di dunia saat ini trendnnya menyatu atau kombinasi artinya memang persaingan antar manusia dengan mengorbankan manusia lain dengan dalih kebersamaan ( si pemalas menjadi tergantung) atau dengan dalih the winners take all (si pemanang mendapatkan semua tanpa peduli nasib sesamanya) sudah menjadi ideology yang sangat tidak popular di dunia. Bahkan dianggap kriminal /pelanggaran hukum serius jika kita memeprkerjakan karyawan dengan upah dibawah standard hidup layak, memaksa orang bekerja 24 jam dan 7 hari seminggu tanpa ada kesempatan istitrahat, memukul/menyiksa atau sekedar menghina si miskin/ kelompok minoritas dan kelompok lemah lainnya. Ini saatnya kita juga mengevaluasi idiologi kita pribadi ?

 

Tanpa kita sadari saat ini apa yang diperjuangkan semua pemimpin agama sudah menjadi aturan dasar kehidupan antar umat manusia. Negara dengan mayoritas agama apapun menjadi sangat mengangungkan moralitas dan anehnya Negara yang berdasarkan agama malah masih banyak  korupsi, KDRT, kekerasan dari penguasa dan kejahatan lain tanpa ada hukum yang bisa menyentuh. Ketika ini terjadi maka agama akan semakin kehilangan makna dalam kehidupan dunia.

 

Kembali ke topik kita tentang MENJADI…..mungkin saat ini waktunya kita mereposisi tujuan hidup kita menjadi lebih bermanfaat untuk banyak orang…..Menjadi sesuatu tanpa harus mengorbankan orang lain yang merupakan sesuatu juga buat hidup kita dan kehidupan di dunia ini terutama dimata PENCIPTA manusia itu….

 

Memandang segala sesuatu dari kacamata pribadai apapun kacamata yang kita pakai, baik itu agama, ajaran orang tua, adat atau apapun hanya akan membuat kita terkukung dalam pengelompokan diri kita ke satu kelompok saja…..membuka kacamata kita menjadi kacamata empati akan membuat kita bisa mengetahui alasan orang berbuat sesuatu akan membuat kita hidup dengan lebih nyaman dan bahagia walau terkadang artinya kita mengorbankan kepentingan pribadi kita. Memakai kacamata empati tidak harus berarti kita ikut pandangan orang lain tapi HANYA SAMPAI KITA MAU MENGERTI ORANG LAIN. Ketegangan di dunia ini harus diturunkan kalau kita tidak mau melihat dunia tempat tinggal kita meledak karena kepentingan antar penghuninya bertabrakan dan saling menghilangkan.

 


Mari kita mulai hidup baru dengan semangat berbagi dan BEREMPATI

Mari kita bersama berusaha menjadi KASIH untuk dunia yang semakin berat