Untuk format audio klik di sini
MENDOAKAN YANG HIDUP DEMI KEHIDUPAN
Sewaktu
mengikuti pertemuan Zoom, dalam doa
pembukaan diserukan demikian: “Kami berdoa semoga jaringan internet diberkati
Tuhan sehingga pertemuan berjalan lancar.” Hati saya tergelitik; terasa aneh
bagi saya. Bukankah sebaiknya mendoakan semua pribadi yang mengikuti supaya
apapun kendala yang terjadi sukacita dari Tuhan tetap dialami dalam
persekutuan?
Mazmur
79 ditulis sesudah orang Babel menghancurkan Yerusalem pada tahun 586 SM.
Ribuan mayat bergelimpangan tidak terkubur akibat serangan yang keji itu. Dalam
penindasan yang amat berat itu, umat Israel berdoa memohon pertolongan Allah.
Mereka tidak mengeluhkan barang-barang pribadi yang hilang, hancur dan musnah
karena serangan itu. Melainkan, mereka membawa diri mereka sendiri dalam doa
ini. Mereka menyayangkan ribuan orang yang teraniaya oleh karena kejahatan
orang yang tidak mengenal kasih Allah. Mereka memohon kelepasan dan pengampunan
dari Allah (Wasiat).
Dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus, kita pertama kali membawa diri kita untuk mendapatkan anugerah yang perlu bagi hidup. Kita juga mengingat orang-orang lain dan memohon supaya jalinan relasi kita dengan mereka dilingkupi kasih Allah. Tuhan Yesus tidak pernah mengajarkan kita mendoakan barangbarang yang tidak bernyawa. Sebab, yang terpenting dalam doa adalah relasi kita dengan Allah yang hidup dan dengan sesama kita dalam rangka merawat kehidupan.
DOA : Terimakasih Tuhan, karena Engkau bersedia mendengar seruan doa kami, Amin.