Untuk format audio klik di sini
JANGAN
KERAS KEPALA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keras kepala
berarti tidak mau menurut nasehat orang; tegar tengkuk; kepala batu. Dari sisi
psikologi, keras kepala berarti sikap seseorang yang menolak mengubah
pendiriannya. Orang yang keras kepala memiliki prinsip, saya tidak akan
berubah, Anda pun tidak bisa memaksa saya untuk berubah. John Sung, seorang
penginjil, pun pernah mengeraskan hati tidak mau mendengar suara Roh Kudus,
sebelum akhirnya bersedia mengikuti panggilan Tuhan. Pergumulan batin yang
hebat sempat mengganggu kestabilan jiwanya, mengakibatkan ia harus berada di
rumah sakit jiwa selama 7 bulan. Akhirnya, ia pun menerima dan menaati
panggilan Tuhan untuk menyebarkan Injil di Asia, termasuk di Indonesia.
Bangsa Yahudi sering disebut sebagai bangsa yang degil
hati, tegar tengkuk. Istilah tersebut serupa artinya dengan keras kepala.
Stefanus pun menegur para imam kepala sebagai orang-orang yang keras kepala.
Mereka menutup telinga sehingga tidak mendengar Injil dengan benar. Mereka
mengeraskan hati dan tidak mau menerima bahwa Kristus berkorban bagi mereka.
Bagaimana dengan kita? Adakalanya, kita juga bersikukuh dengan pendirian kita, bukan? Kita mengabaikan suara Roh Kudus yang hendak menyadarkan kita. Saat itu terjadi, kita mendukakan Roh Kudus yang hendak mengajarkan kepada kita apa yang harus kita lakukan. Juga, menjauhkan berkat dan anugerah Tuhan dari kehidupan kita. Karena itu, janganlah keras kepala! (Wasiat)
DOA:
Ya Tuhan, tolong agar kami dapat mendengar suara Roh Kudus; tidak mengeraskan hati,melainkan bertindak seturut kehendak-Mu. Amin.