Berbelarasa
Dalam pasal sebelumnya raja Ahasyweros memerintahkan semua
pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja harus berlutut dan sujud kepada
Haman, tetapi Mordekhai -saudaranya Ester- tidak mau berlutut dan sujud. Hal
itu membuat Haman panas hati dan kemudian meminta raja mengeluarkan surat titah
untuk membinasakan orang Yahudi. Namun dengan keberaniannya ratu Ester yang
melaporkan rencana tersebut kepada raja Ahasyweros, membuat Haman sendiri yang
disula di tiang dan bahkan Mordekhai diangkat untuk menggantikan posisi Haman.
Apakah persoalannya sudah selesai? Nyawa Ester dan Mordekhai,
yang juga orang Yahudi, sudah aman, tapi bagaimana dengan saudara-saudaranya?
Ester menyadari surat titah raja untuk membinasakan bangsa Yahudi sudah
tersebar dan tidak dapat ditarik kembali.
Ester kembali meresikokan nyawanya dengan kembali sujud pada
raja dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya rancangan yang sudah
dibuatnya terhadap orang Yahudi. Ester tidak berfokus pada dirinya sendiri.
Ester tidak sanggup melanjutkan kehidupan normal seperti sebelumnya sementara
orang-orang di sekitarnya terancam kebinasaan. (ay 6. Karena bagaimana hamba
dapat melihat malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat
melihat kebinasaan sanak saudara hamba?").
Ester tidak egois. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menjalani
hidup ini dengan berfokus pada diri sendiri? Pada pekerjaan kita, keluarga
kita, kesenangan kita, sementara orang-orang di sekeliling kita mungkin sedang
terancam ‘kebinasaan’ sedangkan kita memiliki apa yang mereka butuhkan? Yang
diperlukan dari kita bukanlah nyawa kita, seperti halnya Ester. Yang diperlukan
dari kita hanyalah mungkin sedikit waktu, sedikit tenaga atau sedikit materi.
Namun apabila dengan itu kita bisa menyelamatkan orang lain dari 'kebinasaan', mari
kita lakukan, mari berbelarasa. (PBA)
DOA :
Bapa di Sorga, kami bersyukur atas berkat kecukupan dalam hidup kami. Mampukan kami untuk berbelarasa dengan sesama kami, menjadi saluran berkat MU.