Untuk
format audio klik di sini
Memiliki Hati
yang sesuai dengan Hati TUHAN
Di dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, pekerjaan di kantor, bahkan bergereja, kita pasti
pernah bertemu dengan orang yang degil hati. Orang yang degil hati umumnya
sulit untuk diajak bicara, lebih senang berdebat, merasa diri paling benar,
tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Reaksi kita pun cenderung berusaha
menghindari orang yang degil hatinya.
Salah satu gambaran hati
yang disebutkan dalam Yeremia 3:17 adalah “kedegilan hati”, hati yang degil.
Dalam KBBI V Online, kata “degil” diartikan sebagai: (1) tidak mau menuruti
nasihat orang; (2) keras kepala; (3) kepala batu. Kata “degil” ini dapat
dipahami juga dengan istilah “tegar tengkuk.” Dalam Perjanjian Baru, istilah
yang digunakan untuk kata degil adalah poroo, artinya “tertutupi oleh sesuatu
yang tebal, mengeras, tak kunjung paham”. Bangsa Israel adalah bangsa yang
tegar tengkuk, berhati degil. Namun, di dalam ayat 17 diceritakan bahwa kaum
Israel “tidak lagi akan bertingkah langkah menurut kedegilan hatinya yang
jahat.” Mengapa bisa terjadi perubahan dalam kaum Israel? Karena TUHAN telah
menjadi tuan atas kaum Israel (ay.1). TUHAN bertahta atas kehidupan kaum
Israel.
Kita sebagai umat Tuhan
diundang menyatakan komitmen kita bahwa kita pun tidak lagi akan bertingkah
langkah menurut kedegilan hati kita. Kita bertingkah langkah menurut
pengetahuan dan pengertian, hikmat Tuhan. Kita mohon hikmat TUHAN agar hati
kita terus berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Dia. (HS)
DOA:
Allah, Sang Hikmat, tuntunlah agar perkataan, perasaan dan perbuatan kami berkenan di hati-Mu, Amin.